TRADISI PERNIKAHAN SEMANDA PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN PERSPEKTIF QIRA’AH MUBĀDALAH (Studi di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan)

ANA, JADI NURUL AINI (2024) TRADISI PERNIKAHAN SEMANDA PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN PERSPEKTIF QIRA’AH MUBĀDALAH (Studi di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan). Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.

	PDF Download (3MB)
	PDF Restricted to Repository staff only Download (6MB)

Abstract

ABSTRAK Kedudukan suami dalam rumah tangga sedikit lebih tinggi dibandingkan isterinya. Dalam adat pernikahan semanda merupakan pernikahan yang mana calon mempelai laki-laki dan kerabatnya tidak melakukan pemberian uang jujur kepada pihak perempuan, bahkan sebaliknya berlaku adat pelamaran dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Setelah terjadi perkawinan, suami berada di bawah kekuasaan kerabat isteri dan kedudukan hukumnya bergantung pada bentuk perkawinan semanda yang berlaku. Begitu juga dengan pemahaman yang berkembang dimasyarakat mengenai tradisi pernikahan semanda pada masyarakat adat lampung saibatin yang terjadi pada Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana praktik tradisi pernikahan semanda pada masyarakat adat Lampung saibatin di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan dan bagaimana pendekatan Qira’ah Mubādalah terhadap tradisi pernikahan semanda pada masyarakat Adat Lampung saibatin di Desa Tanjung Ratu, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan Metode penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data dan deskriftif berupa kata-kata atau gambar, sehinngga tidak menekankan pada angka, tetapi lebih menekankan pada makna proses pernikahan semanda yang terjadi pada masyarakat adat lampung saibatin, adapun populasi dalam penelitian terdiri dari 9 KK dengan sampel yang dipakai terdiri dari 4 orang, 3 di antaranya pelaku yang terlibat dalam tradisi pernikahan semanda dan 1 kepala adat pada Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung, Lampung Selatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa praktik palaksanaan dalam pernikahan semanda pada masyarakat lampung saibatin sebagai berikut pernikahan semanda dilaksanakan atas mufakat antara dua keluarga, biaya pernikahan lebih besar ditangung oleh pihak keluarga perempuan, Tempat tinggal biasanya disediakan oleh pihak keluarga perempuan, apabila terjadi perceraian dalam rumah tangga tersebut maka harta yang diperoleh bersama dalam pernikahan menjadi kepemilikan istri dan anak seutuhnya,dan hak asuh anak mutlak kepada istrinya dan suami tidak dapat membawa anak keluar dari rumah tua. Perspektif Mubādalah, yang menekankan pada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari�hari, pernikahan semanda bisa dilihat sebagai bentuk kemitraan antara suami dan istri, di mana keduanya memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam menjalani kehidupan pernikahan. Mes kipun dalam tradisi ini perempuan yang lebih banyak memberi kontribusi, konsep kemitraan dalam Mubādalah menegaskan bahwa dalam pernikahan, baik suami maupun istri memiliki hak dan kewajiban yang setara. Orang tua laki-laki maupun orang tua perempuan memiliki kewajiban yang sama dalam mendidik seorang anak. Sebagaimana Al-Quran Surat At-Taubah (9) ayat 71, mejelaskan bahwa harus ada prinsip timbal balik antara kedua jenis kelamin, di mana mereka saling membantu, mencintai, dan mendukung. Jika demikian, maka timbal balik tentu mengandung makna adanya persamaan dan kesetaraan di antara keduanya. Kata Kunci : Pernikahan Semanda, Perempuan, Perspektif Mubadalah.

Actions (login required)

View Item