PRAKTIK DAN PEMAKNAAN UPAWASA BAGI MASYARAKAT HINDU (Studi Di Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Lampung Selatan)

BAIHAQI, NENDIA PRATAMA (2022) PRAKTIK DAN PEMAKNAAN UPAWASA BAGI MASYARAKAT HINDU (Studi Di Desa Balinuraga, Kec. Way Panji, Lampung Selatan). Diploma thesis, UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Upawasa adalah sebuah istilah umat Hindu yang berarti puasa. Upawasa adalah satu bagian dari Brata. Brata adalah upaya mengendalikan diri terhadap tindakan atau perilaku untuk menahan nafsu pada makanan dan minuman. Secara umum, upawasa merupakan sebuah upaya untuk tidak menikmati makanan atau minuman selama kurang lebih satu hari dan dijadikan pelengkap dari brata. Seperti yang kita ketahui pengendalian diri adalah hal yang sulit dilakukan, karena berkaitan dengan diri sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, maka skripsi ini akan menjawab dua hal pokok: pertama, bagaimana bentuk praktek pelaksanaan upawasa pada masyarakat Hindu di desa Balinuraga. Kedua, bagaimana makna upawasa bagi masyarakat Hindu desa Balinuraga. Penelitian ini berjenis kualitatif deskriptif yang bersifat penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menggunakan metode pendekatan etnografi. Penelitian ini berlokasi di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan. Prosedur dalam pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan penelitian dalam penelitian ini melibatkan tokoh agama Hindu, kepala desa, tokoh masyarakat dan masyarakat umum yang biasa melaksanakan ibadah upawasa. Hal ini berguna dalam menunjang penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa upawasa bersifat fleksibel atau dapat dilakukan kapan saja dan dapat dilaksanakan tanpa ada batasan waktu. Masyarakat Hindu Balinuraga biasanya melaksanakan upawasa wajib di hari raya Nyepi, selain itu mereka melaksanakan sesuai keinginannya masing-masing. Namun, tidak menutup kemungkinan sebagian dari mereka masih menjalankan ibadah upawasa secara rutin. Hal ini disebabkan ajaran agama yang kurang disebarluaskan oleh mereka yang memiliki tanggungjawab atas perkembangan agama Hindu. Selain itu, masih sangat jarang buku yang secara detail membahas upawasa. Itulah sebabnya mengapa umat Hindu kurang mengenal upawasa, tapa, dan brata secara baik. Secara personal makna upawasa merupakan latihan pengendalian diri yang ditujukan agar pada bulan-bulan berikutnya menjadi terbiasa, mampu memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sedangkan secara sosial makna upawasa akan berdampak pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Upawasa dijadikan sarana pendidikan untuk menanamkan tanggung jawab pribadi dan sosial. Salah satu hikmah upawasa adalah iii penanaman solidaritas sosial dengan anjuran berbuat baik sebanyak�banyaknya, dengan begitu akan terciptanya kehidupan yang tenang dan tenteram. Kata Kunci: Makna upawasa, Praktek Upawasa, Hindu, Balinuraga iv ABSTRACT Upawasa is a Hindu term meaning fasting. Upawasa is one part of Brata. Brata is an attempt to control oneself against actions or behaviors to restrain the appetite for food and drink. In general, upawasa is an attempt not to enjoy food or drinks for approximately one day and is used as a complement to brata. As we know self�control is a difficult thing to do, because it has to do with oneself. In this regard, this thesis will answer two main things: first, how is the practice of implementing upawasa in the Hindu community in Balinuraga village. Second, what is the meaning of upawasa for the Hindu community of Balinuraga village. This research is of a descriptive qualitative type which is field research. This research uses an ethnographic approach method. This research was located in Balinuraga Village, Way Panji District, South Lampung Regency. The procedure for collecting data in this study was carried out by observation, interviews, and documentation. The research informants in this study involved Hindu religious leaders, village heads, community leaders and the general public who used to carry out upawasa worship. This is useful in supporting research in accordance with the facts in the field. The results of the study prove that upawasa is flexible or can be done at any time and can be carried out without any time limit. Balinuraga Hindu people usually carry out mandatory upawasa on Nyepi day, besides that they carry out according to their own wishes. However, it is possible that some of them still carry out upawasa worship regularly. This is due to the lack of dissemination of religious teachings by those who have responsibility for the development of Hinduism. In addition, it is still very rare for a book to discuss upawasa in detail. That is why Hindus are less familiar with upawasa, tapa, and brata well. Personally, the meaning of upawasa is an exercise of self-control aimed at getting used to it in the following months, being able to improve yourself into a better person and draw closer to God. Meanwhile, socially, the meaning of upawasa will have an impact on daily life in society. Upawasa is used as a means of education to in still personal and social responsibility. One of the wisdoms of upawasa is the cultivation of social solidarity with the suggestion of doing as much good as possible, so that it will create a quiet and serene life. Keywords: Meaning of upawasa, Upawasa Practice, Hinduism, Balinuraga

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Perbandingan Agama
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Perbandingan Agama
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 05 Sep 2022 08:00
Last Modified: 05 Sep 2022 08:00
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/20815

Actions (login required)

View Item View Item