PERAN KEPEMIMPINAN MERAJE DALAM SISTEM ADAT SEMENDE PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Study pada Masyarakat Adat Desa Pagar Agung Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Muara Enim)

Hera, Anita Herlina (2021) PERAN KEPEMIMPINAN MERAJE DALAM SISTEM ADAT SEMENDE PERSPEKTIF FIQH SIYASAH (Study pada Masyarakat Adat Desa Pagar Agung Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Muara Enim). Undergraduate thesis, UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

[thumbnail of SKRIPSI LENGKAP HERA.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (5MB)
[thumbnail of PERPUS PUSAT.pdf] PDF
Download (5MB)

Abstract

ABSTRAK Kepemimpinan adat semende memiliki ciri khas tersendiri, terutama dalam kepemimpinan adat yang diterapkan dalam keluarga yang di sebut dengan Meraje yang diartikan sebagai Raja atau Pemimpin dalam kerajaan. Meraje adalah setiap adik atau kakak laki-laki tertua dari keluarga sebelah jalur ibu. Meraje memiliki hak dan wewenang mengontrol, mengendalikan, dan menghakimi peran yang di mainkan tunggu tubang itu sendiri. Meraje juga memiliki peran penting sebagai penerus keturunan dan juga penting sebagai penjaga adat supaya tetap lestari. Permasalah dalam skripsi ini adalah bagaimana Peran Kepemimpinan Meraje Dalam Sistem Adat Semende di Desa Pagar Agung dan Bagaimana Perspektif Fiqh Siyasah Terhadap Peran Kepemimpinan Meraje Dalam Sistem Adat Semende di Desa Pagar Agung. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Kepemimpinan Meraje Dalam Sistem Adat Semende di Desa Pagar Agung dan Perspektif Fiqh Siyasah Terhadap Peran Kepemimpinan Meraje Dalam Sistem Adat Semende di Desa Pagar Agung. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif analisis, sumber data yang dikumpulkan adalah data primer yang di ambil dari sejumlah responder yang terdiri dari masyarakat desa Pagar Agung. Metode pengumpulan data yaitu menggunakan metode Wawancara dan Dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu kepemimpinan adat semende yang berlaku di desa Pagar Agung masih kental dengan adat dan menjunjung tinggi peran meraje, yang mana meraje baik itu kakak atau adik dari sebelah ibu sangat dijunjung tinggi. Tunggu tubang di masyarakat adat semende tidak sekedar sebagai bentuk identitas yang perlu mereka pertahankan, akan tetapi di balik itu semua terselip kepentingan bagi laki-laki (meraje) untuk tetap mempertahankan dan menguatkan kekuasaannya. Hal ini menunjukan bahwa perempuan yang diposisikan sebagai tunggu tubang tidaklah memiliki kekuasaan sebagaimana yang terlihat. Dengan kata lain pemberian hak kepada perempuan dalam tunggu tubang tersebut hanya untuk menguasai dan memanfaatkan harta warisan saja. Pemberian peran kepada perempuan tunggu tubang berimplikasi pada kekuasaan yang disandang oleh kaum perempuan, akan tetapi justru terjadi penguat kekuasaan bagi kaum laki�lakinya (meraje). Dalam perspektif fiqh siyasah menegakan kepemimpinan merupakan salah satu kewajiban paling agung dalam agama terutama bagi kaum laki-laki, sebab manusia butuh saling membantu satu sama lain. Dalam kondisi seperti ini, peran meraje sangat penting demi terwujudnya maslahat dan tercegahnya mereka dari kerusakan adat

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: Siyasah (Hukum Tata Negara)
Divisions: Fakultas Syariah > Siyasah (Hukum Tata Negara)
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 22 Jun 2021 04:36
Last Modified: 22 Jun 2021 04:36
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/14792

Actions (login required)

View Item View Item