Penistaan Agama Dalam Perspektif TAFSIR FI ZHILAL AL-QUR’AN

JANURI, Jnr (2021) Penistaan Agama Dalam Perspektif TAFSIR FI ZHILAL AL-QUR’AN. Masters thesis, UIN Raden Intan Lampung.

[thumbnail of TESIS  caver bab 1 bab 2 sampai dapus.pdf] PDF
Download (1MB)
[thumbnail of TESIS LENGKAP.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK Isu agama dalam kehidupan masyarakat beragama, merupakan persoalan yang sangat fundamental, salah satu penyebab dari disintegrasi kerukunan umat beragama adalah penistaan terhadap agama, karena bagi mereka, agama adalah ruh dari kehidupan manusia yang beragama (way of live), tanpa agama kehidupan seperti tak bermakna. Terkait isu penistaan terhadap agama, di era globalisasi ini patut untuk di berbincangkan kembali, karena hal ini seperti gunung es yang sewaktu-waktu mencair menjadikan gesekan antar umat beragama. Mengenai Penistaan agama ini ada sebagian kelompok masyarakat mengatakan bahwa pernyataan penistaan terhadap agama adalah bagian dari kebebasan berekspresi, dan mereka berpendapat bahwa yang seharusnya dilarang bukanlah penistaan agama, melainkan penistaan terhadap manusia. Kelompok kedua berpendapat bahwa penistaan agama adalah bagian dari penistaan terhadap manusia, karena penistaan agama tidak dapat dilepaskan dari penistaan terhadap manusia sebagai pemeluk agama itu sendiri. Islam sebagai agama samawi yang di wayukan Allah SWT kepada umat manusia melalui nabi-nabi-Nya khususnya nabi Muhammad SAW sebagai misi utamnya adalah agama rahmatan lil alamin yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, Islam mewajibkan umatnya untuk menghargai manusia dan kemanusiaan dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan bagi umat manusia agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah di utusnya rasul-rasul Allah Penistaan Agama tidak akan dilakukan bagi orang yang memeluk suatu agama khususnya pemeluk Islam karena mengolok-olok agama pemeluk agama lain, maka sejatinya dia mengolok-olok agamanya sendiri. Ayat-ayat al-Qur‟an yang menguraikan penistaan terhadap agama dan pelaku penistaan agama ini menarik untuk di teliti, dan penulis khususkan pada penelitian ini pada penistaan agama dalam Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur‟a>n, hal ini di dasarkan bahwa Sayyid Qutbh salah satu Mufassir kontemporer dan tafsirnya disebut-sebut sebagai tafsir yang dicurigai sebagai tafsir provokatif, bahkan tidak jarang orang menamai tafsirnya dengan corak tafsir haraki, tafsir ini masuk dalam kategori penafsiran dengan corak baru yang khas dan unik serta langkah baru dalam tafsir serta memuat banyak sekali tema penting dengan menambahkan hal-hal yang esensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penahsiran Sayyid Qutbh terhadap ayata-ayat al-Qur‟an pada ayat-ayat Penistaan Agama berkaitan dengan menghina, mencaci maki, mengolok-olok, mengejek, dan mencemooh. Adapun penelitaian ini adalah penelitian kepustakaan (library reaserch), yang sifatnya termasuk penelitian deskriptif analisis yaitu pengumpulan data dari ayat-ayat Al-Qur‟an tentang penistaan agama dari sumber pokoknya yaitu Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur‟a>n yang berkaitan dengan judul penelitian. Metode yang digunakan yaitu mauḍū‟i, adapun dalam pengambilan kesimpulan digunakan metode induktif yaitu metode yang dipakai untuk mengambil kesimpulan dari uraian-uraian bersifat khusus kedalam uraian bersifat umum. Secara eksplisit Penistaan Agama memang tidak ditemukan dalam Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur‟a>n, namun secara implisit penistaan agama ada ditemukan beberapa di dalam Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur‟a>n, yaitu: mengolok-olok, menghina, mencaci maki, mencemooh, serta mengejek, hukuman bagi pelaku penista agama dalam Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur‟a>n adalah azab yang pedih. ABSTRACT The issue of religion in the life of a religious community is a very basic problem, one of the causes of the breakdown of religious harmony is blasphemy against religion, because for religious people, religion is the spirit of human religious life (weay of live), without religion, life is like nothing. mean. Regarding the issue of blasphemy, in this era it deserves to be discussed again, because this is like an iceberg that from time to time creates friction between religious communities. Regarding this blasphemy, there are several groups in society who say that blasphemy is part of freedom of expression, and they state that what should be prohibited is not blasphemy of religion, but blasphemy of humans. The second group argues that blasphemy of religion is a part of blasphemy against humans, because blasphemy cannot be separated from the humiliation of humankind itself. Islam as a divine religion taught by Allah SWT to mankind through His prophets, especially Muhammad SAW as a religion of rahmatan lil alamin which upholds human rights, Islam demands that its people respect humanity and humanity and bearers of good news and warnings to mankind that there is no reason for humans to argue with Allah after Allah's messenger has been sent. So that blasphemy will not be carried out for people who embrace a religion, especially Muslims because they make fun of other religions, so that they make fun of their own religion. In the Qur'an, the scoffers of religion, the perpetrators are the unbelievers and hypocrites. So from the verses of the Koran that describe the blasphemy of religion and the perpetrators of religious blasphemy, it is interesting to examine, and the author focuses on the research of religious blasphemy in Sayyid Qutbh's Tafsir fi Zilal al-Qur'an, this is based on that Sayyid Qutbh is one of the contemporary Mufassir founders of the Muslim Brotherhood and his interpretation is said to be a lively interpretation that is easily suspected of being a provocative interpretation. unique and a new step in interpretation and contains a lot of important themes by adding things that are essential. Sayyid Qutbh himself was killed by his own comrade in arms, namely Gamal Abdul Nasser. Because Sayyid Qutbh was considered a dangerous person in his government, even though to seize power Gamal Abdul Nasser and Sayyid Qutbh carried out a joint revolution in seizing power in the country of Egypt This study aims to determine the views of Sayyid Qutbh regarding the Blasphemy of Religion in the Tafsir fi Zilal al-Qur'an. It is interesting to know about insulting, scolding, making fun of, mocking, and scoffing. This research is classified as a library research (library reaserch), which is a descriptive analysis research. Data collection techniques by means of documentation, examining old manuscripts related to research titles. The method used is mauḍu'i, while the inductive method is used in making conclusions, namely the method used to draw conclusions from specific descriptions into general descriptions. Blasphemy of religion is not explicitly found in Tafsir fi Zilal al-Qur'an, but implicitly, there are several defamations of religion found in Tafsir fi Zilal al-Qur'an, namely: mocking, insulting, scolding, ridiculing, and mock. As for the punishment for the blasphemers in Tafsir fi Zilal al-Qur'an is a painful punishment. جشظتخِ جزثٔ هىفت باثعأ ِٓٚ ، ح٠اغٌٍ ح١عاعأ ح١ؼل ٟ٘ ٟٕ٠ذٌا عّتجٌّا جا١ح ٟف ٓ٠ذٌا حٌأغِ ْإ ح٠ششثٌا جا١حٌا حٚس ٛ٘ ٓ١ٕ٠ذتٌّا ذٕع ٓ٠ذٌا ْلأ ، ٓ٠ذٌا ٍٝع ف٠ذجتٌا ٟٕ٠ذٌا َاجغٔلاا ٟف ٛٙف ٓ٠ذٌا ٍٝع ف٠ذجتٌا عٛػِٛ اِأ .ٕٝعِ ٚر .ءٟش لا جا١حٌاف ، ٓ٠د ْٚذت ، ح١ٕ٠ذٌا شخ٢ ٓ١ح ِٓ كٍخ٠ ٞزٌا ذ١ٍجٌا ًثج ًثِ ٗٔلأ ، ٜشخأ جشِ شلإ٠ ْأ كحتغ٠ شظعٌا از٘ ف٠ذجتٌا ْإ خاعاّجٌا غعت يٛمت ، شفىٌا ازٙت كٍعت٠ اّ١ف .ح١ٕ٠ذٌا فئاٛطٌا ٓ١ت ناىتحلاا ًت ، ٓ٠ذٌا ٍٝع افً ٠ذجت ظ١ٌ ٗعِٕ ةج٠ اِ ْأ ّْٛعض٠ٚ ، ش١ثعتٌا ح٠شح ِٓ ءضج ٓ٠ذٌا ٍٝع .ششثٌا ٍٝع افً ٠ذجت ف٠ذجتٌا ِٓ ءضج ٛ٘ ْا٠دلأا ٍٝع ف٠ذجتٌا ْإ يٛمت ح١ٔاثٌا حعّٛجٌّا .ُٙغفٔأ ٓ١ِٕؤٌّا جسٛط ٗ٠ٛشت ٓع ٍٗظف ٓىّ٠ لا ٓ٠ذٌا ٍٝع ف٠ذجتٌا ْلأ ، ششثٌا ذػ ٗ١ٍع الله ٍٝط ذّحِ اّ١ع لاٚ ، ٗئا١ثٔأ يلاخ ِٓ ح٠ششثٌٍ ٌٝاعت الله ٍّٗع ٌٟٙإ ٓ٠د َلاعلإا طإٌا َاشتحات ٍٗ٘أ َلاعلإا ةٌاط٠ٚ ، ْاغٔلإا قٛمح ْٛظ٠ٚ ٓ١ِٕؤٌّا ُحش٠ ٓ٠ذو ، ٍُعٚ حٌداجٌّ ششثٌا ٛعذ٠ ةثع ذجٛ٠ لا ٗٔأ ششثٌٍ خاش٠زحتٌاٚ جساغٌا ساثخلأا ٍِٟاحٚ .ح١ٔاغٔلإاٚ الله ًعس ياعسإ ذعت الله ُٙٔلأ ، ٓ١ٍّغٌّا اّ١ع لاٚ ، ف٠ذجتٌٍ عشعت٠ ٌٓ َلاعلإا ٌٝإ يٛحت٠ ِٓ ْئف ، هٌزٌ اضٙتغت ٟتٌا ح١ٕ٠ذٌا خاش١ثعتٌا ٟف .ُٕٙ٠ذت ْٛئضٙتغ٠ٚ ، ٜشخلأا ْا٠دلأا ِٓ ْٚشخغ٠ يٚذجٌا ٟف دٛجِٛ از٘ٚ .ْٛمفإِٚ سافو ٍْٛعافٌا ْآشمٌات ضوش٠ٚ ، َاّت٘لاٌ جش١ثِ حعاسد ْئف ، شفىٌا ٟثىتشِٚ ٓ٠ذٌا شفو فظت ٟتٌا ْآشمٌا خا٠آ ِٓ ٍٝع ٟٕثِ از٘ٚ ، ْآشمٌا ًظ ٟف ةطل ذ١ع ش١غفت ٟف ٟٕ٠ذٌا شفىٌا ٟف ثحثٌا ٍٝع فٌؤٌّا ُِٙ ٖش١غفت ْإ يام٠ٚ ، جشطاعٌّا ٓ١ٍّغٌّا ْاٛخلإا حعاّج ٟغعؤِ ذحأ ٛ٘ ةطل ذ١ع .از٘ ٞٛتحتٚ ش١غفتٌا ٟف جذ٠ذجٚ جذ٠شف جٛطخ .ٞصاضفتعا ش١غفت ٗٔأ ٟف هشٌا ًٙغ٠ ث١حت ح٠اغٌٍ .حجاحٌا ةغح هٍت حفاػئت حٌّّٙا خاعٛػٌّٛا ِٓ ذ٠ذعٌا ٍٝع اظً خش شثتع٠ ْاو حثطل ذ١ع ْلأ .شطإٌا ذثع ياّج ٗم٠ذط ذ٠ ٍٝع ًتل ٗغفٔ حثطل ذ١ع حثطل ذ١عٚ شطإٌا ذثع ياّج َال حطٍغٌا ٍٝع عاشظٌا ٟف ٗٔأ ُغس ، ٗتِٛىح ٟف اشً ١طخ .شظِ ٟف حطٍغٌا ٍٝع ءلا١تعلاٌ حوشتشِ جسٛثت يلاظ ٟف ش١غفتٌا ٟف ٓ٠ذٌا شفو ٟف ةطل ذ١ع ءاسآ ٍٝع فشعتٌا ٌٝإ حعاسذٌا ٖز٘ فذٙت از٘ فٕظ٠ .ُىٙتٌاٚ ُىٙتٌاٚ ُىٙتٌاٚ خ١تٛتٌاٚ خأا٘لإا حفشعِ َاّت٘لاٌ ش١ثٌّا ِٓ .ْآشمٌا ك١ثٛت يلاخ ِٓ خأا١ثٌا عّج خا١ٕمت .ٟفطٚ ٍٟ١ٍحت ثحت ٛ٘ٚ حثتىِ ثحت ٗٔأ ٍٝع ثحثٌا .ثحثٌا ْإٛعت حمٍعتٌّا حّ٠ذمٌا خاؽٛطخٌّا ضحفٚ ، جئاتٌٕا صلاختعلا ح١ئاشمتعلاا حم٠شطٌا َذختغت إّ١ت ، ح١عٛػِٛ حِذختغٌّا حم٠شطٌا ٟىٌٚ .َاعٌا فطٌٛا ٟف جدذحٌّا فاطٚلأا ِٓ جئاتٌٕا صلاختعلا َذختغت حم٠شؽ ٟ٘ٚ ِٓ ذ٠ذعٌا نإ٘ ًإّػ ٓىٌٚ ، ْآشمٌا ًظ ٟف ش١غفتٌا ٟف حمث َذع ذجٛ٠ لا ، ٓ١لداط ْٛىٔ ، خ١تٛتٌاٚ ، ةغٌاٚ ، ح٠شخغٌا :ٟ٘ٚ ، ْآشمٌا يلاظ ٟف ش١غفتٌا ٟف ٟٕ٠ذٌا ش١ٙشتٌا ٓىٌ .ُ١ٌأ بازع ٛٙف ْآشمٌٍ ٌٟلاضٌا ش١غفتٌا ٟف سافىٌا بازع اِأٚ .ح٠شخغٌاٚ ، ح٠شخغٌاٚ ٍٝط ٟثٌٕا ةع ْأ ٟف ٞأشٌا ظفٔ ٌُٙ ْئف ، حٍ١ٕحٚ ح١فطٚ ٟىٌاٌّاٚ ٟفٕح ٜٚاتف ةغحت ا١غ١ٔٚذٔإ ٟف ف٠ذجتٌا ٟف ًثّتٌّا ِٟاشجلإا ًعفٌا ًّش٠ .خّٛ٠ ْأ ٓىّ٠ ٍُعٚ ٗ١ٍع الله ٓىّ٠ٚ ، ٓ١١غ١ٔٚذٔلإا ِٓ حعّٛجٌّ يلارلإا ٚأ ح١٘اشىٌا ٚأ ءاذعٌا شعاشِ ٓع ٍٟٕعٌا فشىٌا .خاعاّجٌا ٓ١تٚ ح١ٕ٠ذٌا خاعّتجٌّا ٓ١ت َاجغٔلاات ياّعلأا ٖز٘ ًثِ شؼت ْأ

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Divisions: Pasca Sarjana > S2 Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 25 Mar 2021 05:17
Last Modified: 25 Mar 2021 05:17
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/13532

Actions (login required)

View Item View Item