AHMAD, AFIF FADLI (2024) KONSEP PENGENDALIAN DIRI MENURUT IBNU BAJJAH DAN MARCUS AURELIUS. Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.
![]() |
PDF
Download (2MB) |
![]() |
PDF
Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
ABSTRAK Pengendalian diri merupakan karakter yang baik dan sangat penting bagi setiap individu. Ini adalah seperangkat kemampuan dasar dan karakteristik pribadi yang unik pada seorang individu dalam mengendalikan perilaku yang membentuk pola perilaku di lingkungannya. Berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan ini banyak diakibatkan oleh ketidakmampuan seorang individu dalam mengendalikan pengendalian dirinya. Kurangnya pemahaman mengenai pengendalian diri dapat menyebabkan problematika dan kerugian tidak hanya pada diri sendiri bahkan ini juga bisa berdampak kepada orang disekitar kita. Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai konsep pengendalian diri menurut Ibnu Bajjah dan Marcus Aurelius. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library research), dengan sifat penelitian yaitu deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode dokumentasi, dengan cara mengumpulkan dan mendokumentasikan sumber-sumber data yang dibutuhkan secara offline dan online. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik analisis data menggunakan metode analisis isi, metode deskriptif dan juga metode komparasi. Hasil dari penelitian ini menjelaskan pengendalian diri menurut Ibnu Bajjah melalui karya pemikiran nya yaitu kitab Tadbir Al-mutawahhid, Al-mutawahhid Ibnu Bajjah merupakan seseorang yang hidup sendirian, terpisah dari orang lain; manusia soliter penyendiri/sendirian, yang tidak berhubungan dengan manusia lain. Al-Mutawahhid Ibnu Bajjah adalah sosok filsuf yang sendiri dan menyendiri. seorang al-Mutawahhid tidak seharusnya berhubungan dengan wujud-wujud fisik/materi dan berhubungan dengan manusia yang materialis saja, melainkan wajib mencari kelompok manusia yang ahli dalam ilmu. Ia harus segera emigrasi menuju cara hidup dimana ilmu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengendalian diri menurut Marcus Aurelius, dalam pemikiran nya yang ia tuangkan dalam sebuah karya buku berjudul Meditations, la menganjurkan bahwa dalam hidup ini setiap saat harus mewaspadai pikiran, berpasrah kepada apa pun kejadian yang diberikan (takdir), dan selalu memilih bertindak membantu komunitas manusia sesamanya. Dalam prinsip hidup, Marcus Aurelius menekankan bahwa kita harus taat dan mengikuti apa yang dianjurkan Rasio kosmis (takdir), yang juga terdapat pada sesama manusia. Penekanan pada hidup sesuai rasio ini berarti bahwa kaum Stoa sangat terlibat dalam kehidupan masyarakatnya. Persamaan antara keduanya adalah sama-sama membahas mengenai pengendalian diri agar seorang individu dapat menjadi manusia yang dapat mengendalikan dirinya dalam hal dan kondisi apapun. Dan sama-sama mempunyai tujuan utama untuk mencapai keberhasilan, kemajuan, dan kebahagiaan bagi setiap individu. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah Ibnu Bajjah lebih menekan pengendalian diri melalui pendalaman ilmu dan spiritualitas. Menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi dan bersifat sementara yang tidak bermanfaat dan tidak penting, dan memilih untuk menyendiri atau berkumpul dengan orang-orang yang berilmu. Sedangkan Marcus Aurelius menjelaskan pengendalian diri melalui tindakan sehari-hari melalui teori yang disebut dikotomi kendali, yaitu lebih mengutamakan apa yang dapat kita di kendalikan. Kata Kunci: Pengendalian diri, Ibnu Bajjah, Marcus Aurelius. ABSTRACT Self-control is a good character and is very important for every individual. It is a set of basic abilities and personal characteristics unique to an individual in controlling behavior that forms behavioral patterns in their environment. Many problems that often occur in life are caused by an individual‟s inability to control himself. A lack of understanding about self-control can cause problems and losses not only for ourselves, it can also have an impact on the people around us. Therefore, this research aims to discuss the concept of self-control according to Ibnu Bajjah and Marcus Aurelius. In this research, researchers used library research methods, with the nature of the research being descriptive. The data collection technique used by researchers is the documentation method, by collecting and documenting the required data sources offline and online. Next, the researcher used data analysis techniques using content analysis methods, descriptive methods and also comparative methods. The results of this research explain self-control according to Ibnu Bajjah through his work of thought, namely the book Tadbir Al mutawahhid, Al-mutawahhid Ibnu Bajjah is someone who lives alone, separated from other people; a solitary human being who is alone/alone, who has no contact with other humans. Al-Mutawahhid Ibn Bajjah was a solitary and solitary philosopher. An al-Mutawahhid should not be in contact with physical/material forms and only be in contact with materialist humans, but must look for a group of humans who are experts in science. He must immediately emigrate to a way of life where knowledge is practiced in everyday life. Meanwhile, self control according to Marcus Aurelius, in his thoughts which he outlined in a book entitled Meditations, he recommends that in life at all times you must be aware of your thoughts, surrender to whatever events are given (fate), and always choose to act to help the human community. Each other. In the principles of life, Marcus Aurelius emphasizes that we must obey and follow what is recommended by the cosmic ratio (destiny), which is also found in fellow humans. This emphasis on living according to reason meant that the Stoics were very involved in the life of their society. The similarity between the two is that they both discuss self-control so that an individual can become a human being who can control himself in any matter and condition. And both have the main goal of achieving success, progress and happiness for each individual. Meanwhile, the difference between the two is that Ibn Bajjah places greater emphasis on self-control through deepening knowledge and spirituality. Stay away from worldly and temporary things that are useless and unimportant, and choose to be alone or gather with people who have knowledge. Meanwhile, Marcus Aurelius explains self-control through daily actions through a theory called the dichotomy of control, namely prioritizing what we can control. Keywords: Self-control, Ibnu Bajjah, Marcus Aurelius.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Aqidah Filsafat |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Aqidah Filsafat |
Depositing User: | LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI |
Date Deposited: | 21 Nov 2024 02:12 |
Last Modified: | 21 Nov 2024 02:12 |
URI: | https://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/36340 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |