Andi, Iosa Oktha (2024) PENOLAKAN WALI ADHAL TERHADAP LAKI - LAKI YANG TIDAK SEKUFU MENURUT EMPAT MAZHAB ( Hanafi, Maliki, Syafi', dan Hambali ). Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.
PDF
Download (2MB) |
|
PDF
Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
ABSTRAK Pernikahan merupakan tali ikatan yang melahirkan keluarga baru sebagai salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh aturan-aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Dalam melakukan pernikahan adanya seorang wali nikah biasanya dari mempelai wanita (wali nasab), namun banyak wali nasab masih enggan untuk menikahkan anaknya dengan alasan hanya melihat calon menantunya berkelakuan kurang baik dan pendidikannya tidak seimbang ataupun dengan alasan tidak sekufu lainnya. Keberadaan kafaah dalam pernikahan diyakini sebagai faktor yang dapat menghilangkan dan menghindarkan aib dalam keluarga. keharusan adanya wali dalam pernikahan adalah salah satu syarat sah pernikahan baik gadis ataupun janda. Banyak para ulama yang mendebatkan tentang permasalahan ini, dari berbagai aliran punya pendapat masing-masing tak terkecuali para ulama dari |Empat Mazhab yang paling banyak pengikutnya yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‘I, dan Hambali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan atau pendapat dari Empat Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi‘I, dan Hambali ) tentang bagaimana wali Adhal yang menolak menikahkan anaknya karena alasan laki-laki yang tidak sekufu. Adapun penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan ( Library research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan suatu data atau informasi dengan melalui telaah buku, jurnal, artikel, dan sumber lainnya. ABSTRACT Marriage is a bond that gives birth to a new family as an element in social and state life, which is regulated by written and unwritten rules. When carrying out a marriage, there is usually a marriage guardian for the bride (nasab guardian), but many nasab guardians are still reluctant to marry off their children for the reason that they only see that their prospective son-in-law is not well behaved and his education is unequal or for other reasons of not being equal. The existence of kafaah in marriage is believed to be a factor that can eliminate and avoid disgrace in the family. The requirement to have a guardian in marriage is one of the legal requirements for marriage, whether for a girl or a widow. Many scholars have debated about this issue, from various sects with their own opinions, including the scholars from the four schools of thought with the most followers, namely the Hanafi, Maliki, Syafi'I and Hanbali schools. The purpose of this research is to find out the views or opinions of the four schools of thought (Hanafi, Maliki, Syafi'I, and Hambali) regarding how the guardian of Adhal refused to marry his child because of the reason that the man was not equal. This research uses a type of library research, namely research that aims to collect data or information through reviewing books, journals, articles and other sources.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga) |
Divisions: | Fakultas Syariah > Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga) |
Depositing User: | LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI |
Date Deposited: | 28 Aug 2024 04:28 |
Last Modified: | 28 Aug 2024 04:28 |
URI: | https://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/34993 |
Actions (login required)
View Item |