JUNITA, MELIANA (2024) MODERASI DALAM TRADISI PENGANGKONAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT KEBUDAYAAN” (Studi Di Desa Negeri Sakti Kabupaten Pesawaran). Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.
PDF
Download (4MB) |
|
PDF
Restricted to Repository staff only Download (4MB) |
Abstract
ABSTRAK MODERASI DALAM TRADISI PENGANGKONAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT KEBUDAYAAN (Studi Di Desa Negeri Sakti Kabupaten Pesawaran) Oleh : Junita Meliana Kegiatan ngangkon di desa Negeri Sakti dilakukan terus-menerus karena pengangkonan ini merupakan salah satu warisan budaya yang harus dilaksanakan agar kebudayaan Lampung di desa Negeri Sakti terus ada dan berkembang kepada penerusnya. Seiring perkembangan zaman pada saat ini terdapat beberapa masyarakat yang tidak melaksanakan pengangkonan dalam pernikahannya karena kurangnya pemahaman serta efesiensi waktu dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana serangkaian acara pelaksanaan pengangkonan, tujuan, serta kedudukan yang telah diangkon yang termasuk di dalamnya perjumlahan anggaran wajib adat yang harus dikeluarkan. Penelitian ini juga menarik untuk diteliti karena terdapat unsur-unsur kebudayaan serta nilai-nilai moderasi di dalamnya yang juga menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui unsur kebudayaan serta nilai moderasi yang terkandung dalam tradisi pengangkonan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif yaitu metode yang mengambarkan keadaan atau suatu fenomena. Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, laporan, atau dalam bentuk dokumen, yang kemudian diolah oleh peneliti. Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya ialah tahap analisis data, data tersebut dikaji secara deskriptif. Data dianalisis dengan menguraikan nilai-nilai moderasi serta unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam tradisi pengangkonan tersebut. Terdapat penanamann nilai-nilai moderasi tawassuṭ, tawazun, dan tasāmuḥ dalam tradisi pengangkonan yaitu: 1) memahami realita, masyarakat Lampung memahami realita bahwasannya dalam hidup ini tidak ada yang tetap atau tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri, manusia adalah makhluk yang dianugerahi Allah potensi untuk terus berkembang. Karena itu muncullah sebuah tradisi dalam Lampung Pepadun agar masyarakat Lampung bisa menikah dengan seseorang yang berlainan suku tetapi tidak menghilangkan adat istiadat kebudayaan Lampung yang disebut dengan tradisi pengangkonan. 2) memahami fikih prioritas, Islam yang moderat adalah pentingnya menetapkan prioritas dalam beramal, budaya Lampung dan Islam dapat dikatakan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dan terdapat fikih prioritas atau amalan-amalan agama Islam yang diamalkan oleh masyarakat Lampung di desa Negeri Sakti yang terdapat pada acara pernikahan adat Lampung termasuk pengangkonan di dalamnya yaitu doa-doa, pembacaan ayat suci Al‟Qur‟an, dsb. 3) keterbukaan dalam menyikapi perbedaan yang juga merupakan ciri lain dari ajaran Islam yang moderat. 4) tawassuṭ dalam akhlak, akhlak dalam pergaulan, saling membantu serta menghormati dan menghargai orang lain. 5) berinteraksi dengan baik antar sesama. 6) Bersikap saling menghargai, saling menghormati antara satu dengan lainnya. 7) Mengedepankan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Kata Kunci: Moderasi, Pengangkonan, Kebudayaan.ABSTRACT Ngangkon activities in Negeri Sakti village are carried out continuously because pengangkonan is one of the cultural heritages that must be carried out so that Lampung culture in Negeri Sakti village continues to exist and develop to its successors. As time goes by, there are some people who do not carry out wedding ceremonies due to lack of understanding and time and cost efficiency. This research aims to find out how a series of events carry out the angkonan, the objectives and positions that have been angkon which include the total of the traditional mandatory budget that must be spent. This research is also interesting to research because there are cultural elements and moderation values in it, which is also the aim of this research to find out the cultural elements and moderation values contained in the Pengangkonan tradition. The method used in this research is a descriptive qualitative method, namely a method that describes a situation or phenomenon. The data source in this research is data obtained directly from the source, either through interviews, reports or in document form, which is then processed by the researcher. After collecting data, the next step is the data analysis stage, the data is studied descriptively. The data was analyzed by describing the values of moderation and cultural elements contained in the Pengangkonan tradition. There is an instillation of the values of moderation tawassuṭ, tawazun, and tasāmuḥ in the Pengangkonan tradition, namely: 1) understanding reality, the people of Lampung understand the reality that in this life nothing is constant or unchanging except change itself, humans are creatures who have been given the potential to be blessed by Allah. continues to grow. Because of this, a tradition emerged in Lampung Pepadun so that Lampung people could marry someone from a different ethnic group but without eliminating Lampung cultural customs called the Pengangkonan tradition. 2) understand priority jurisprudence, moderate Islam is the importance of setting priorities in doing good deeds, Lampung culture and Islam can be said to be two sides of a coin that cannot be separated, and there are priority jurisprudence or Islamic religious practices practiced by the Lampung people in the village of Negeri The magic contained in Lampung traditional weddings includes the kangkonan, namely prayers, reading verses of the holy Koran, etc. 3) openness in responding to differences which is also another characteristic of moderate Islamic teachings. 4) tawassuṭ in morals, morals in relationships, helping each other and respecting and appreciating other people. 5) interact well with each other. 6) Be respectful, respect each other. 7) Prioritize deliberation in decision making. Keywords: Moderation, Pengangkonan, Culture.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | Aqidah Filsafat |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Aqidah Filsafat |
Depositing User: | LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI |
Date Deposited: | 26 Mar 2024 03:07 |
Last Modified: | 26 Mar 2024 03:07 |
URI: | http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/32909 |
Actions (login required)
View Item |