AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI KUPATAN (Studi di Kampung Nyukang Harjo Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah)

Rini, Indra Wati (2024) AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA DALAM TRADISI KUPATAN (Studi di Kampung Nyukang Harjo Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah). Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.

[thumbnail of Skripsi 1-2.pdf] PDF
Download (4MB)
[thumbnail of Skripsi RINI INDRA WATI.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Abstract

ABSTRAK Kupatan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan satu tahun sekali, tepatnya satu minggu setelah lebaran Idul Fitri atau tanggal 8 di bulan Syawal. kupatan sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa khususnya di kampung Nyukang Harjo. tradisi kupatan yang merupakan hasil dari percampuran ajaran Islam dan budaya Jawa tidaklah menjadi hal yang mengandung kemudharatan, tetapi kupatan bagi masyarakat Nyukang dapat meningkatkan keimanan yang sekaligus digunakan untuk menjaga warisan leluhur. Sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini masyarakat Nyukang Harjo masih melaksanakan tradisi kupatan, maka diperlukan kajian mendalam mengenai makna yang terkandung dalam tradisi kupatan ini sehingga tetap dipertahankan. Selanjutnya, kupatan yang merupakan hasil dari akulturasi budaya dengan bercorakan Islam maka perlu juga untuk dikaji bagaimana bentuk ajaran�ajaran Islam yang termuat dalam akulturasi tradisi kupatan sehingga masih dipertahankan hingga sekarang. Dengan menguraikan tradisi kupatan maka akan membantu masyarakat mengenal secara mendalam mengenai tradisi lokal tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1)Bagaimana Makna Tradisi Kupatan di Kampung Nyukang Harjo 2) Bagaimana Akulturasi Tradisi Kupatan dalam Ajaran Islam di Kampung Nyukang Harjo. Dengan demikian untuk mengindentifikasi permasalahan tersebut, maka metode pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan antropologi. Prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara terstruktur dan dokumentasi. Data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa informan yang ditentukan dengan teknik snowball sampling yang didasari dengan tidak menentukan jumlah secara pasti dengan menggali informan terkait topik penelitian yang diperlukan. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, skripsi, dan sumber-sumber lain yang relevan guna menunjang penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Hasil penelitian menujukan bahwa masyarakat Nyukang Harjo dalam memaknai tradisi kupatan melalui empat simbol budaya yaitu pertama ketupat yang didalamnya mengandung makna untuk saling bermaaf-maafan dan saling bersilaturahmi, kedua beras yang didalamnya mengandung makna untuk bersabar dan ikhlas, ketiga simbol janur yang dimaknai sebagai jalan untuk mendatangkan keberkahan (cahaya), dan terakhir simbol lepet yang dimaknai untuk menutup aib orang lain. Dengan mengetahui makna dari tadisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan kekerabatan dengan masyarakat lainnya. Tradisi kupatan yang merupakan hasil dari akulturasi budaya tidaklah bertentangan dengan syariat Islam. Karena dalam praktiknya tradisi kupatan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, yaitu ajaran untuk berdoa kepada Allah SWT, sedekah, dan menyambung ikatan silaturahmi sehingga membentuk integrasi sosial yang kuat. Peneliti merekomendasikan untuk peneliti selanjutnyaagar lebih menggali secara mendalam mengenai informasi suatu tradisi agar masyarakat dapat lebih mengenal makna dari suatu budaya tradisi yang ditinggalkan sehingga bisa terus berkembang dan tidak hilang oleh modernitas. Kata kunci : Akulturasi, Islam, Budaya Jawa, Tradisi, Kupatan. ABSTRACT Kupatan is a Javanese tradition that is held once a year, exactly one week after Idul Fitri or the 8th day of Shawwal. Kupatan is still practiced by Javanese people, especially in Nyukang Harjo Village. The kupatan tradition, which is the result of a combination of Islamic teachings and Javanese culture, is not something that is detrimental, but for the Nyukang people, kupatan can add to their faith and is also used to protect their ancestral heritage. As is known, until now the Nyukang Harjo community still carries out the kupatan tradition, so there is a need for an in-depth study of the meaning contained in the kupatan tradition so that it can be maintained. Furthermore, Kupatan which is the result of cultural acculturation with Islamic nuances also needs to be studied how the forms of Islamic teachings contained in the acculturation of the Kupatan tradition are still being maintained today. By explaining the Kupatan tradition, it will help people to get to know the local tradition in depth. Based on the explanation above, the formulation of the problem in this study is: 1) What is the meaning of the Kupatan Tradition in Nyukang Harjo Village 2) How is the Kupatan Tradition instilled in Islamic teachings in Nyukang Harjo Village. Thus to identify these problems, the approach method used is a qualitative method that is descriptive analytical using an anthropological approach. Data collection procedures used to support research were carried out by observation, structured interviews and documentation. Primary data were obtained through interviews with several informants who were determined by snowball sampling technique which was based on not determining the exact number by exploring informants related to the required research topic. Secondary data is obtained from books, journals, theses and other relevant sources to support research according to facts in the field. The results of the research show that the Nyukang Harjo people interpret the kupatan tradition through four cultural symbols, namely the first ketupat which contains the meaning of mutual forgiveness and friendship, the second is nasi which contains the meaning of patience. and sincerity, the third is the janur symbol which is interpreted as a way to bring blessings (light), and the last is the lepet symbol which is interpreted to cover other people's disgrace. By knowing the meaning of this tradition, it is hoped that it can increase the feeling of kinship and kinship with other communities. The Kupatan tradition, which is the result of cultural acculturation, does not conflict with Islamic law. Because in its implementation the Kupatan tradition is in accordance with Islamic teachings, namely the teachings of praying to Allah SWT, giving alms, and establishing ties of friendship so that strong social integration is formed. The researcher suggests to future researchers to dig deeper into information about a tradition so that people can better understand the meaning of abandoned traditional culture so that it can continue to develop and not be lost by modernity. Keywords: Acculturation, Islam, Javanese Culture, Tradition, Kupatan.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Perbandingan Agama
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Perbandingan Agama
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 26 Jan 2024 04:21
Last Modified: 26 Jan 2024 04:21
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/32189

Actions (login required)

View Item View Item