RELASI GENDER DALAM KONSTRUKSI MASYARAKAT PESANTREN (STUDI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTTAQIN KECAMATAN MERBAU MATARAM KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)

DESI, ROMADANI (2023) RELASI GENDER DALAM KONSTRUKSI MASYARAKAT PESANTREN (STUDI PONDOK PESANTREN BUSTANUL MUTTAQIN KECAMATAN MERBAU MATARAM KABUPATEN LAMPUNG SELATAN). Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.

[thumbnail of SKRIPSI BAB 1 & BAB 5.pdf] PDF
Download (6MB)
[thumbnail of SKRIPSI FULL DESI ROMADANI.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (6MB)

Abstract

ABSTRAK Gender menjadi persoalan di dalam banyak aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam lembaga pendidikan agama salah satunya yakni pesantren. Pesantren memegang teguh nilai-nilai tradisional terutama pondok pesantren sendiri berbasiskan pendidikan tradisonal yang dapat dilihat dari praktik tradisi, adat- istiadat, etika serta pengajaran tradisional yang masih menggunakan kitab kuning sebagai pembelajaran, salah satunya tradisi ndalem. Hal ini berdampak pada kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam pondok pesantren, banyak santri perempuan yang beranggapan bahwa pendidikan laki-laki harus diutamakan sedangkan perempuan sebaliknya. Dimana santriwati memiliki tanggapan mengenai santriwan lebih sempurna dalam artian pendidikan perempuan di kedudukan paling belakang sedangkan pendidikan laki-laki yang paling terdepankan. Perbedaan segi pendidikan sangat jauh antara santriwan dengan santriwati. Salah satu indikator utama persoalan gender dalam ruang lingkup pesantren adalah indikasi kesenjangan mencolok antara laki-laki dan perempuan. Terdapat pendiskriminasian terhadap santriwati sehingga santriwati kurang bisa mengembangkan potensi yang mereka miliki, dan kurang berani untuk berperan aktif. Dengan adanya itu semua menjadi suatu tantangan atau keluhan para santriwati adalah mengenai perizinan kegiatan, dimana santri diperbolehkan mengikuti kegiatan sekolah hanya selama 1 hari 1 malam dalam satu bulan dan pulang telat kepondok dengan alasan organisasi diperbolehkan 1 kali dalam 1 Bulan. Berbeda dengan santriwati yang dimana peraturan mengenai perizinan kegiatan sekolah tidak diterapkan.Tidak hanya itu dalam peraturan pondok pesanten laki–laki diperbolehkan untuk keluar malam sedangkan perempuan tidak diperbolehkan. Hal ini terlihat bahwa adanya kebebasan peraturan keluar masuk untuk para santriwan. Dengan ini semua menjadi sebuah diskriminasi untuk para santriwati, dimana dalam proses pembelajaran saja terdapat batasan di dalamnya. Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data. Metode penelitian adalah penjelasan tentang teknik atau cara yang digunakan dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, metode penelitian harus bersifat operasional, tidak sekadar definisi atau penjelasan normatif. Metode penelitian memuat informasi tentang jenis dan sifat penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumplan data dan teknik analisis data. Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dan peneliti merupakan instrumen kunci. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pondok pesantren bustanul muttaqin memiliki perbedaan di dalam data kepengurusan, tenaga pengajar, serta dalam pembelajarannya, pembelajaran pondok ini sifatnya masih menggunakan kurikulum tidak tertulis artinya masih kental dengan pembelajaran kitab kuning. Dimana dalam pembelajarannya, sistemnya bandongan, bandongan dan sorogan serta tahfidz. Dalam pondok pesantren bustanul muttaqin terdapat beberapa bentuk ketidaksetaraan di dalamnya, seperti: marginalisasi, subordinasi, stereotipe, dan beban ganda. Bahwa akses untuk mendapatkan tambahan pengetahuan melalui pengajian-pengajian kitab di luar asrama berbeda anatara santri putra dan santri putri. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pondok pesantren bustanul muttaqin masih memiliki ketimpangan gender antara santri putra dan santri putri. Kata Kunci: Relasi Gender, Masyarakat Pesantren. ABSTRACT Gender is an issue in many aspects of people's lives, including in religious education institutions, one of which is Islamic boarding schools. Islamic boarding schools adhere to traditional values, especially Islamic boarding schools themselves based on traditional education which can be seen from traditional practices, customs, ethics and traditional teaching which still uses the yellow book as learning, one of which is the ndalem tradition. This has an impact on the position of men and women in Islamic boarding schools, many female students think that male education should take precedence while women do the opposite. Where santriwati have responses about more perfect santriwan in the sense that women's education is in the last position while men's education is at the forefront. The difference in terms of education is very much between santriwan and santriwati. One of the main indicators of gender issues within the scope of pesantren is an indication of the stark disparity between men and women. There is discrimination against female students so that female students are less able to develop their potential and lack the courage to play an active role. With all of this, it becomes a challenge or complaint for the female students regarding the permitting of activities, where students are allowed to attend school activities only for 1 day and 1 night a month and return home late to the boarding school on the grounds that the organization is allowed 1 time in 1 month. In contrast to the female students, the regulations regarding permits for school activities are not applied. Not only that, in the Islamic boarding school regulations, men are allowed to go out at night, while women are not allowed. It can be seen that there is freedom of entry and exit regulations for the santriwan. With this all becomes discrimination for female students, where in the learning process alone there are limitations in it. The research method is an overall method or strategy for finding or obtaining the necessary data. Research methods need to be distinguished from data collection techniques which are more specific techniques for obtaining data. The research method is an explanation of the techniques or methods used in conducting research. Therefore, research methods must be operational in nature, not just definitions or normative explanations. The research method contains information about the type and nature of research, research approaches, data sources, data collection techniques and data analysis techniques. In this study used qualitative methods, namely research used to examine the condition of natural objects, and the researcher is the key instrument. The results of the study showed that the bustanul muttaqin Islamic boarding school had differences in management data, teaching staff, and in learning, the nature of this pondok learning was to use an unwritten curriculum, meaning that it was still thick with yellow book learning. Where in learning, the system is bandongan, bandongan and sorogan and tahfidz. In the bustanul muttaqin Islamic boarding school there are several forms of inequality in it, such as: marginalization, subordination, stereotypes, and double burdens. That the access to gain additional knowledge through book studies outside the hostel is different for male students and female students. From the results of this study it can be concluded that the bustanul muttaqin Islamic boarding school still has a gender imbalance between male and female students. Keywords: Gender Relations, Islamic Boarding School Society.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Sosiologi Agama
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Sosiologi Agama
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 04 Sep 2023 07:50
Last Modified: 04 Sep 2023 07:50
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/30071

Actions (login required)

View Item View Item