KONSEP NIHLAH DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA DALAM TRADISI MUKUN

FIKA, NOVIANTI (2023) KONSEP NIHLAH DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA DALAM TRADISI MUKUN. Diploma thesis, UIN Raden Intan Lampung.

[thumbnail of SKRIPSI BAB 1 & BAB 5.pdf] PDF
Download (5MB)
[thumbnail of SKRIPSI FULL FIKA NOVIANTI.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (5MB)

Abstract

ABSTRAK Konsep Nihlah Dalam Al-Qur’an Dan Relevansinya Dalam Tradisi Mukun Oleh : Fika Novianti Nihlah merupakan suatu pemberian yang tulus dari seorang calon suami kepada seorang isteri tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun dan didasari dengan hati yang ikhlas. Dalam Al-Quran nihlah menggunakan istilah untuk menunjukkan maskawin, selain itu juga diartikan sebagai kewajiban bisa juga sebagai kebaikkan. Dalam Tafsir Al- Misbah mengartikan nihlah itu sendiri berupa kebaikan ataupun pandangan hidup sehingga nihlah yang diberikan itu juga nerupakan bukti kebenaran dan ketulusan dari hati seorang suami yang di berikannya dengan hati yang ikhlas tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun. Namun pada hakekatnya pembagian nihlah tidaklah di tentukkan berapa ukurannya tergantung dari kemampuan dari seorang suami itu sendiri. Namun ada kebiasaan yang masih sering di lakukan oleh masyarakat Desa Betung Abab yaitu Tradisi Mukun yang mana tradisi ini di lakukan sebelum akad nikah sama hak yang dalam penentuan nihlah. Maka dari itu mendorong peneliti untuk lebih mendalami apakah penafsiran ayar-ayat nihlah ini relevan dengan tradisi mukun yang berlaku di Desa Betung Abab selama berabad-abad. Jenis Penelitian yaitu Kualitatif yaitu (field research). Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data nya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data Primer nya diperoleh langsung dari masyarakat Desa Betung Abab, Sedangkan data primer mengenai Konsep Nihlah Dalam Al-Quran yaitu dari Kitab Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhailli. Sedangkan Data Sekunder peneliti menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan pembahasan penelitian, seperti Jurnal, Buku-buku, dan Karya Ilmiah. Hasil dari penlitian menunjukan bahwa Konsep Nihlah Dalam Al-Quran Dan Relavansinya Dalam Tradisi Mukun ini sangat relevan karena sama-sama tidak mennyulitkan baik dari pihak laki-laki maupun perempuan semua itu bisa di musyawarahkan dengan baik. Nihlah dan Mukun ini memiliki kesamaan dalam menentukan suatu maskawin yaitu sama-sama memiliki prinsip yang tidak boleh berlebih-lebihan dalam meminta suatu maskawin. selain itu juga nihlah dan mukun juga memiliki prinsip yang sederhana yang dimana nihlah dan mukun ini tidak ada sifat yang memberatkan satu sama lain, dan bahkan nihlah dan mukun juga memiliki prinsip yang apabila maskawin yang sudah diberikan itu tidak boleh diambil kembali karena nihlah maupun mukun itu real milik isteri. Akan tetapi nihlah dan mukun juga memiliki perbedaan prinsip untuk menentukan jenis barang pemberian. Tetapi dalam nihlah tidak ada batasan atas barang yang diberikan, berbeda dengan mukun memiliki batasan bukan jumlah uang tetapi mengenai sejumlah makanan ataupun barang yang dijadikan mukun. Nihlah dan mukun memiliki prinspi yang berbeda dalam mengharapkan balasan dari pemberian barang, dalam nihlah tidak ada balasan atas apa yang diberikan karena nihlah itu pemberian yang ikhlas tanpa mengharapkan balasan apapun berbeda dengan mukun jika seorang telah mendapatkan mukun maka ia wajib membalas mukun tersebut sesuai apa yang pernah diberikan oleh orangtua pengantin perempuan sebelumnya maka ia wajib membalas nya dengan itu juga. Dalam nihlah tidak ada beban bagi orang yang menerimanya, tetapi dalam tradisi mukun itu bukan beban tetapi karena sudah menjadi kebiasaan dan itu juga sudah menjadi kewajiban bagi mereka yang menerima mukun ini. bedasarkan hukum dalam islam mnegenai tradisi ini yaitu Mubah yang artinya boleh-boleh saja, selagi tidak membebankan bagi keluarga laki-laki dan di dasari dengan hati yang ikhlas. Tetapi apabila keduanya itu memberatkan bagi calon suaminya maka itu haram yang artinya tidak diperbolehkan untuk dilakukan. ABSTRACT Konsep Nihlah Dalam Al-Qur’an Dan Relevansinya Dalam Tradisi Mukun Oleh: Fika Novianti Nihlah is a sincere gift from a prospective husband to a wife without expecting anything in return and is based on a sincere heart. In the Al-Quran, this term is used to indicate a dowry, besides that it is also interpreted as an obligation as well as a kindness. In Tafsir Al-Misbah interprets nihlah itself in the form of goodness or outlook on life so that nihlah that is given is also proof of the truth and sincerity of a husband's heart which is given with a sincere heart without expecting anything in return. However, in essence, this division is not determined how much it is, depending on the ability of the husband himself. However, there is a custom that is still often carried out by the people of Betung Abab Village, namely the Mukun Tradition, which is carried out before the marriage contract with the same rights which are determined. Therefore, it encourages researchers to further explore whether the interpretation of these verses is relevant to the mukun tradition that has been in force in Betung Abab Village for centuries. This type of research is qualitative, namely (field research). This study also uses data collection techniques through observation, interviews and documentation. The primary data was obtained directly from the Betung Abab Village community, while the primary data regarding the concept of Nihlah in the Koran is from the Book of Tafsir Al-Misbah by M. Quraish Shihab and Tafsir Al-Munir by Wahbah Az�Zuhailli. While the secondary data researchers use literature related to research discussions, such as journals, books, and scientific papers. The results of the research show that the concept of Nihlah in the Koran and its relevance in the Mukun Tradition is very relevant because it is equally not difficult for both men and women, all of which can be well-deliberated. Nihlah and Mukun have something in common in determining a dowry, that is, they both have the principle that one should not exaggerate in asking for a dowry. apart from that, nihlah and mukun also have a simple principle that nihlah and mukun are not burdensome to each other, and even nihlah and mukun also have a principle that if the dowry that has been given cannot be taken back because both nihlah and mukun wife's estate. However, nihlah and mukun also have different principles for determining the type of gift item. But in this there is no limit on the goods given, in contrast to mukun which has a limit not on the amount of money but on the amount of food or goods that are used as mukun. Nihlah and mukun have different principles in expecting a return from giving goods, in nihlah there is no return for what is given because nihlah is a sincere gift without expecting any return in contrast to mukun if someone has received mukun then he is obliged to repay the mukun according to what is said been given by the bride's parents before, then he must repay her with that too. In this, there is no burden for those who receive it, but in the mukun tradition it is not a burden but because it has become a habit and it is also an obligation for those who receive this mukun. Based on Islamic law regarding this tradition, namely Mubah, which means it is okay, as long as it is not burdensome for the male family and is based on a sincere heart. But if both of them are burdensome for the husband-to-be, then it is unlawful, which means it is not permissible to do so.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 04 Sep 2023 03:33
Last Modified: 04 Sep 2023 03:33
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/30049

Actions (login required)

View Item View Item