HUKUMAN PENJARA BAGI ANAK MENURUT ULAMA NU LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Usman, U (2018) HUKUMAN PENJARA BAGI ANAK MENURUT ULAMA NU LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Undergraduate thesis, UIN Raden Intan Lampung.

[thumbnail of Sampul_depan_dan_OutLine.pdf] PDF
Download (311kB)
[thumbnail of Abstrak,_Persetuju_dll_(Halaman_Muka).pdf] PDF
Download (485kB)
[thumbnail of BAB_I_Penjara.pdf] PDF
Download (550kB)
[thumbnail of BAB_II_Penjara.pdf] PDF
Download (684kB)
[thumbnail of BAB_III_Penjara.pdf] PDF
Download (1MB)
[thumbnail of BAB_IV_Penjara.pdf] PDF
Download (276kB)
[thumbnail of BAB_V_Penjara.pdf] PDF
Download (322kB)

Abstract

Hukuman merupakan suatu bentuk sanksi dan balasan bagi orang yang melakukan pelanggaran dan kejahatan, dan berfungsi sebagai alat untuk menjerakan pelaku kejahatan. Aturan hukum baik itu hukum negara maupun hukum agama (syari’at Islam) memiliki muara yang sama, yaitu untuk menjaga kehormatan dan kehidupan setiap manusia, atau lebih detilnya ialah untuk menciptakan keadilan, seperti tertuang pada sila kedua dari Pancasila. Kemudian bagaimana bila pelaku kejahatan dan pelanggaran adalah anak-anak, apakah diberikan hukuman pula sebagaimana umumnya. Lalu bagaimana tanggapan Hukum Islam terhadap pendapat para Ulama NU Lampung mengenai batasan usia dan pemberian hukuman berupa hukuman penjara bagi anak di Indonesia yang melakukan kejahatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pendapat para Ulama NU Lampung tentang batasan usia dan pemberian hukuman penjara bagi anak. Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan, yang bersifat analisis. Sumber data yang digunakan merupakan sumber data primer yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data, dengan metode wawancara kepada para Ulama NU yang berada di Lampung dan yang berkompeten serta terdaftar dalam struktur Kepengurusan NU Lampung. Hasilnya ditemukan bahwa para Ulama NU Lampung tersebut berpendapat bahwa, yang dimaksud dengan anak adalah jika mereka belum mengalami ihtilam (mimpi basah), haid, dan telah sempurna usianya 15 tahun, sebagaimana yang ditentukan oleh Imam Syafi’i, usia tersebut merupakan batasan maksimum usia baligh, maksudnya bila sampai usia 15 tahun anak tersebut tidak mengalami gejala-gejala (tanda baligh) di atas, maka usianya itulah yang menjadikan anak tersebut dewasa. Akhirnya diketahui bahwa sebagian Ulama NU Lampung tidak menghendaki adanya hukuman penjara kepada anak, mereka hanya boleh diberikan ta’zir ringan. Namun, ta’zir disini harus yang paling ringan bentuknya. Sedangkan penjara merupakan bentuk ta’zir berat, mengingat yang dihukum adalah anak. dan sebagian yang lain membolehkan adanya pemberian hukuman penjara kepada anak yang telah mengalami salah satu ciri baligh, dan mereka menyerahkan keputusan tersebut sepenuhnya kepada hakim untuk memberikan hukuman berupa ta’zir berat, karena secara hukum Islam mereka telah dewasa walaupun dalam hukum positif masih dikatakan di bawah umur. Demikian, dalam pandangan hukum Islam mengenai batasan usia anak adalah bila telah ihtilam, haid dan atau telah berusia 15 tahun yang didasarkan kepada hadis, disebutkan bahwa setiap anak itu terbebas dari sanksi karena mereka tidak masuk dalam khitob, oleh karena itu anak tersebut tidak boleh dihukum dengan hukuman penjara. Mereka hanya boleh dita’zir dengan pendidikan dan didiyat atas kerugian materi.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: Siyasah (Hukum Tata Negara)
Divisions: Fakultas Syariah > Siyasah (Hukum Tata Negara)
Depositing User: ADMINLIB PERPUSTAKAAN
Date Deposited: 08 Jan 2018 06:38
Last Modified: 08 Jan 2018 06:38
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/2869

Actions (login required)

View Item View Item