STATUS SOSIAL HAFIDZ DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KOTA METRO (Studi Para Alumni Hafidz dan Hafidzah Pondok Pesantren Roudlatul Qur’an)

Salwa, Rahma Azzahra (2023) STATUS SOSIAL HAFIDZ DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KOTA METRO (Studi Para Alumni Hafidz dan Hafidzah Pondok Pesantren Roudlatul Qur’an). Diploma thesis, UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

[thumbnail of BAB 1 5 DAPUS.pdf] PDF
Download (563kB)
[thumbnail of SKRIPSI SALWA.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

ABSTRAK Indonesia merupakan negara multikultural yang terdapat berbagai keragaman di dalamnya. Keragaman ini antara lain adalah keragaman ras, suku, agama serta bahasa. Keragaman yang ada ini muncul dari hubungan interaksi sosial yang harmonis di tengah masyarakat. Keragaman masyarakat ini akhirnya membentuk suatu stratifikasi sosial, yang di dalamnya terdiri dari kedudukan atau status sosial seseorang di tengah masyarakat. Seseorang akan berada di tingkatan yang berbeda di tengah masyarakat, atau secara sederhana perbedaan kedudukan masyarakat akan terjadi apabila ada suatu hal yang lebih di banggakan oleh seorang individu ataupun sekelompok orang dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang dapat menempati posisi yang lebih rendah ataupun lebih tinggi yang disebabkan oleh usaha yang dilakukannya ataupun tanpa melakukan upaya apapun, seperti stratifikasi sosial yang terjadi dengan sendirinya karena perbedaan usia dan melalui harta warisan atau garis keturunan. Adapun stratifikasi yang terjadi dengan sengaja biasanya berkaitan dengan posisi pekerjaan dan kekuasaan dalam suatu organisasi. Status sosial para Hafidz disini masuk ke jenis Achieved Status, status yang didapatkan melalui usaha, bukan yang bersifat mutlak seperti garis keturunan. Setiap orang bisa menduduki status ini tanpa perlu khawatir atas penindasan dari kelas masyarakat yang diatasnya karena status ini bersifat terbuka bagi siapapun. Dalam hal ini salah satu status sosial seorang santri yang lebih tinggi dari abangan ataupun orang awam, terlebih lagi apabila telah menjadi seorang Hafidz. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap seorang Hafidz serta bagaimana status sosial seseorang yang telah menjadi seorang Hafidz di tengah masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan sosiologis. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi lalu dilengkapi dengan data penunjang yang diperoleh dari buku dan jurnal. Data yang telah didapatkan akan di narasikan hingga berbentuk data tertulis bukan angka. Informan penelitian disini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, informan disini terbagi menjadi tiga, yaitu informan kunci yang merupakan pimpinan dari pondok pesantren Roudlatul Qur’an, informan utama yang merupakan para alumni Hafidz dan Hafidzah pondok pesantren Roudlatul Qur’an dan informan tambahannya adalah masyarakat sekitar Hafidz Hafidzah serta tokoh agama Kota Metro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masyarakat menganggap seseorang dengan title Hafidz memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding masyarakat lainnya. Seorang Hafidz sering dijadikan sebagai role model, menjadi seorang Hafidz juga ternyata memiliki banyak keuntungan selain dari segi penghormatan, seorang Hafidz akan mempermudah bagi seseorang yang ingin melanjukan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena sebagai seorang Hafidz mereka memiliki privilege atau hak istimewa untuk memasuki berbagai jenjang pendidikan tanpa perlu melalui tes dan banyak pula beasiswa yang disiapkan untuk seorang Hafidz. Tetapi hal ini semua bukan lah yang diharapkan oleh para Hafidz dan Hafidzah, penghormatan yang didapatkan hanyalah bonus, tujuan mereka adalah memuliakan Al-Qur’an agar kelak di muliakan Al-Qur’an. Karena mereka beranggapan, jika menjadi Hafidz dan Hafidzah hanya untuk mengejar Ridho daripada Allah SWT,dan menghafal Al-Qur’an bukanlah tujuan untuk mengangkat derajat mereka di dunia, melainkan di akhirat. Tidak hanya derajatnya sendiri, tetapi orang tua nya dan keluarganya pula. Karena sesungguhnya yang membedakan status manusia di mata Allah hanya iman dan taqwanya. Kata Kunci: Status Sosial, Hafidz dan Masyarakat. ABSTRACT Indonesia is a multicultural country with various diversity in it. This diversity includes the diversity of race, ethnicity, religion and language. This existing diversity arises from harmonious social interactions in society. The diversity of this society eventually forms a social stratification, which consists of a person's social position or status in society. A person will be at a different level in society, or simply a difference in social status will occur if there is something that an individual or group of people are more proud of in social life. A person can occupy a lower or higher position due to the effort he does or without making any effort, such as social stratification that occurs automatically due to age differences and through inheritance or lineage. The stratification that occurs on purpose is usually related to job position and power in an organization. The social status of the Hafidz here falls into the category of Achieved Status, a status that is obtained through effort, not something that is absolute, such as lineage. Everyone can occupy this status without worrying about oppression from the social class above them because this status is open to anyone. In this case, one of the social statuses of a santri is higher than abangan or common people, especially if he has become a Hafidz. This study uses a qualitative method with a sociological approach. The data were obtained through observation, interviews and documentation and then supplemented with supporting data obtained from books and journals. The data that has been obtained will be narrated in the form of written data not numbers. The research informants here were taken using a purposive sampling technique, the informants here were divided into three, namely key informants who were leaders of the Roudlatul Qur'an Islamic boarding school, the main informants who were Hafidz and Hafidzah alumni of the Roudlatul Qur'an Islamic boarding school and additional informants who were the community around Hafidz Hafidzah and Metro City religious leaders. As for the results of this study, the community considers that someone with the title Hafidz has a higher position than other people. A Hafidz is often used as a role model, being a Hafidz also turns out to have many advantages other than in terms of respect, a Hafidz will make it easier for someone who wants to continue their education to a higher level, because as a Hafidz they have the privilege or privilege to enter various level of education without the need to go through tests and there are also many scholarships prepared for a Hafidz. But all this is not what the Hafidz and Hafidzah expect, the respect they get is just a bonus, their aim is to glorify the Al-Qur'an so that later it will be glorified. Because they think, if becoming Hafidz and Hafidzah is only to pursue the Ridho of Allah SWT, and memorizing the Qur'an is not the goal to elevate their degrees in the world, but in the hereafter. Not only his own degree, but his parents and family too. Because actually what distinguishes human status in the eyes of God is only faith and piety. Keywords: Social Status, Hafidz and Society.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Sosiologi Agama
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Sosiologi Agama
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 23 Feb 2023 06:56
Last Modified: 23 Feb 2023 06:56
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/23277

Actions (login required)

View Item View Item