TINJAUAN FIQH KONTEMPORER TENTANG KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR NIKAH (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat)

BENI, AGUSTIAWAN (2023) TINJAUAN FIQH KONTEMPORER TENTANG KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR NIKAH (Studi di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat). Diploma thesis, UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

	PDF Download (1MB)
	PDF Restricted to Repository staff only Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK Apabila dilahirkan seorang anak di dalam suatu perkawinan yang tidak di catatkan maka dapat di anggap bahwa anak tersebut adalah anak di luar nikah. Namun kebanyakan masyarakat yang masih awam yang kurang memahami masalah agama dan hukum yang berlaku, sehingga tidak mempersoalkan lagi masalah tersebut. Permasalahan ini di sisi lain sangat memerlukan adanya suatu kepastian hukum, sebab masalah ini akan membawa dampak kepada anak yang telah lahir di kemudian hari, diantaranya tentang nasab anak tersebut, hak waris-mewarisi serta yang tidak kalah penting adalah hak perwaliaan dalam melangsungkan pernikahan di kemudian hari jika anak yang dilahirkan adalah perempuan. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kewenangan ayah biologis sebagai wali nikah terhadap anak diluar kawin di KUA Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Baratdan Bagaimana Tinjauaan Fiqh Kontemporer Terhadap Kedudukan dan Kewenangan Ayah Biologis Sebagai Wali Nikah Terhadap Anak Diluar Kawin? Penelitian ini merupakan penelitian studi lapangan (field Research),yaitu studi yang di lakukan secara langsung di lapangan atau langsung kepada narasumber yang menjadi objek utama di dalam penelitian ini. Sedangkan dari segi sifat penelitian ini sendiri yaitu Penelitian diskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah yang ada sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, menganalisa. Adapun kesimpulan penelitian penulis adalah, dalam pelaksanaan pernikahan anak di luar kawin, KUA Kecamatan Sukau berpegang pada fiqh yang sudah menjelaskan bahwa agar seorang anak dapat dikatakan anak sah kedua orang tuanya, maka anak tersebut harus lahir sekurang-kurang nya 6 bulan sesudah perkawinan atau di dalam tenggang iddah selama empat bulan sepuluh hari sejak perkawinannya. Sehingga jika terdapat anak yang terlahir atau bayi yang lahir kurang dari 6 bulan sejak masa perkawinan orang tuanya, maka anak tersebut dikatakan sebagai anak tidak sah. Sedangkan menurut fiqh kontemporer Anak yang lahir dari wanita hamil di luar nikah, walaupun dikemudian dinikahi oleh pria yang menghamilinya, namun kewalianya tetaplah tidak dapat dikaitkan dengan pria yang menikahi itu, karena anak tersebut “diproduksi” di luar nikah, sehingga secara fiqh formal (hukum) statusnya tetap anak zina. Kata Kunci : Perwalian, Fiqh Kontemporer, Anak di Luar Nikah. ii ABSTRACK If a child is born in a marriage that is not recorded, then it can be considered that the child is a child out of wedlock. However, most ordinary people do not understand religious matters and applicable law, so they don't question the matter anymore. On the other hand, this problem really needs legal certainty, because this problem will have an impact on children who are born in the future, including regarding the child's lineage, inheritance rights and no less important is the right of guardianship in carrying out marriages in the future if the child born is a girl. The formulation of the problem in this study is how is the authority of the biological father as the guardian of marriage to children outside of marriage at KUA Sukau District, West Lampung Regency and how is the Contemporary Fiqh Review of the Position and Authority of Biological Fathers as Guardian of Marriage over Children outside of marriage? This research is a field study research, namely a study that is carried out directly in the field or directly to informants who are the main object of this research. Meanwhile, in terms of the nature of this research itself, it is a qualitative descriptive research, namely research that describes and explains current problems by collecting data, compiling, classifying, analyzing. The conclusions of the author's research are, in the implementation of child marriages outside of marriage, the KUA of Sukau District adheres to fiqh which has explained that in order for a child to be said to be the legitimate child of both parents, the child must be born at least 6 months after marriage or in within the iddah period of four months and ten days from the time of marriage. So if a child is born or a baby is born less than 6 months after the parents' marriage, then the child is said to be an illegitimate child. Meanwhile, according to contemporary fiqh, children born to pregnant women out of wedlock, even though they are later married by the man who impregnated them, their guardianship cannot be related to the man who married them, because the child is "produced" out of wedlock, so that according to formal fiqh (law) ) status is still a child of adultery. Keywords: Guardianship, Contemporary Fiqh, Children outside of marriage.

Actions (login required)

View Item