FUNGSI TWITTER SEBAGAI RUANG AMAN DALAM KEBEBASAN BEREKSPRESI DI KALANGAN REMAJA KELURAHAN LUBANG BUAYA KECAMATAN CIPAYUNG KOTA JAKARTA TIMUR

DEVY, ANGRAINI (2022) FUNGSI TWITTER SEBAGAI RUANG AMAN DALAM KEBEBASAN BEREKSPRESI DI KALANGAN REMAJA KELURAHAN LUBANG BUAYA KECAMATAN CIPAYUNG KOTA JAKARTA TIMUR. Diploma thesis, UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

[thumbnail of SKRIPSI 1-2.pdf] PDF
Download (6MB)
[thumbnail of SKRIPSI DEVI ANGGRAINI.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (6MB)

Abstract

ABSTRAK Twitter adalah layanan jejaring sosial dan microblogging gratis yang memungkinkan pengguna mengirim dan menerima pesan sepanjang 140 karakter. Banyak sekali remaja di zaman sekarang masih enggan untuk bercerita kepada teman sebaya sekalipun orang tua,karena kurang mendapat respon yang bagus, lalu remaja memilih untuk menuangkan uneg-unegnya dimedia sosial yaitu twitter. Twitter bukan hanya berfungsi bagi dunia politik dan sosial, namun juga dapat menjadi sarana keluh kesah beberapa generasi milenial yang ada, fitur yang terdapat dalam twitter membuat remaja menyukai media sosial tersebut. Twitter merupakan salah satu media sosial yang dijadikan tempat buku curahan hati online. kita bebas mengekspresikan perasaan melalui sebuah cuitan atau kata-kata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana fungsi twitter dalam kebebasan berekspresi menjadi ruang yang aman bagi kalangan remaja Kelurahan Lubang Kecamatan Cipayung Kota Jakarta Timur. Metode penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan berjenis penelitian lapangan. Teknik pengambilan data menggunakan teknik Purposive Sampling sumber data yang diperoleh yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, sumber data primer dihasilkan dari 9 remaja dengan kriteria remaja berusia 10-24 tahun, masih menempuh pendidikan formal, aktif menggunakan media sosial twitter dan bertempat tinggal dikelurahan lubang buaya. Sumber data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, dan dokumen lainnya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengam metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah data reduksi, penyajian data, penarik kesimpulan dan verifikasi. Kebebasan berekspresi yang digunakan yaitu teori Problem Solving dengan pendekatan Self-Disclosure yang bersifat deskriptif dan evaluatif. Maksud dari deskriptif yakni individu menceritakan berbagai fakta tentang dirinya sendiri yang belum diketahui banyak orang, sedangkan evaluatif mengenai pendapat atau perasaan pribadi seperti hal hal yang dibenci atau disukai. Temuan dari penelitian ini adalah fungsi twitter dalam kebebasan berekspresi di kalangan remaja diperoleh hasil bahwasanya melalui observasi di akun twitter para informan, bahwa pengekspresian diri yang dilakukan oleh para informan hampir semuanya sama, pengekspresian diri tersebut merupakan tentang apa yang mereka rasakan, seperti perasaan bahagia ,sedih, gelisah dan keraguan, hal- hal yang informan pikirkan dan rasakan tidak bisa mereka utarakan secara langsung kepada seseorang pada saat itu juga. Melainkan diutarakan melalui media sosial yaitu twitter. Untuk seberapa sering informan menggunakan aplikasi ini, keseluruhan informan memiliki tingkat keseringan waktu yang sama dimana mereka sering mengutarakan cuitan atau tweet tak kenal batas waktu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengungkapan diri yang sering dilakukan ialah curhatan hati kalangan milenial, uneg-uneg, emosi sedih, dan hal yang mereka pikirkan pada saat itu. Mereka tidak segan dalam menuangkan pikiran dan perasaan mereka karena menurut mereka hal tersebut dapat meringankan beban perasaan dan pikiran mereka walaupun hanya sedikit. Kata Kunci: Twitter, Kebebasan Berekspresi, Remaja iii ABSTRACT Twitter is a free social networking and microblogging service that allows users to send and receive messages that are 140 characters long. Lots of teenagers today are still reluctant to tell their peers even their parents, because they don't get a good response, then teenagers choose to share their feelings on social media, namely Twitter. Twitter not only functions for the political and social world, but can also be a means of complaining for several millennial generations, the features contained in Twitter make teenagers like social media. Twitter is one of the social media that is used as an online outpouring book. we are free to express feelings through a tweet or words. The purpose of this study is to find out and understand how the function of twitter in freedom of expression is to become a safe space for teenagers in Lubang, Cipayung District, East Jakarta City. This research method is descriptive using a qualitative approach and type of field research. The data collection technique used the Purposive Sampling technique, the data sources obtained were primary data sources and secondary data sources, primary data sources were generated from 9 teenagers with the criteria of adolescents aged 10-24 years, still taking formal education, actively using Twitter social media and residing in the urban village. crocodile hole. Secondary data sources were obtained from books, journals, and other documents. Methods of data collection in this study with interviews, observation and documentation. The data analysis technique used is data reduction, data presentation, conclusion drawing and verification. Freedom of expression used is Problem Solving theory with a self-disclosure approach that is descriptive and evaluative. The purpose of descriptive is that individuals tell various facts about themselves that are not yet known to many people, while evaluative is about personal opinions or feelings such as things they hate or like. The findings of this study are the function of twitter in freedom of expression among adolescents, the result is that through observations on the informants' twitter accounts, almost all of the informants' self-expressions are the same, self-expression is about what they feel, such as feelings of happiness, sadness, anxiety and doubt, things that the informants think and feel they cannot directly convey to someone at that time. But expressed through social media, namely Twitter. For how often informants use this application, all informants have the same level of frequency of time where they often utter tweets or tweets that do not know a time limit. The conclusion of this study is that self-disclosure that is often done is the heart of millennials, feelings of sadness, sad emotions, and what they think at the time. They do not hesitate to express their thoughts and feelings because they think it can lighten the burden of their feelings and thoughts even if only a little. Keywords: Twitter, Freedom of Expression, Youth

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Komunikasi dan Penyiaran Islam
Divisions: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi > Komunikasi dan Penyiaran Islam
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 08 Dec 2022 07:29
Last Modified: 08 Dec 2022 07:29
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/22015

Actions (login required)

View Item View Item