LARANGAN PASANGAN KAWIN HAMILTIDUR SATU RANJANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang)

Inge, Aulia (2022) LARANGAN PASANGAN KAWIN HAMILTIDUR SATU RANJANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang). Diploma thesis, UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

[thumbnail of SKRIPSI 1-2.pdf] PDF
Download (3MB)
[thumbnail of SKRIPSI INGEK AULIA 1821010241 .pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Abstract

ABSTRAK Kasus perkawinan yang terjadi di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang. Pada awalnya ada seorang wanita yang hamil hasil zina (hamil diluar nikah) tetapi wanita tersebut menikah bukan dengan laki-laki yang menghamilinya dikarenakan orang tua dari sang wanita tidak setuju dengan laki-laki yang menghamili wanita tersebut. Orang tua wanita melarang untuk tidur satu ranjang karena sang wanita sedang mengandung dan mereka diperbolehkan untuk tidur satu ranjang setelah wanita tersebut melahirkan. Kasus pernikahan wanita hamil di luar nikah seperti yang disebutkan di atas biasa disebut dengan kawin hamil. Rumusan masalah dalam penelitian ini yang pertama apa alasan orang tua melarang pasangan kawin hamil untuk tidur satu ranjang di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang, yang kedua bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap larangan pasangan kawin hamil tidur satu ranjang di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis dengan menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Apa alasan orangtua melarang pasangan kawin hamil untuk tidak tidur satu ranjang yaitu karena orang tua menganggap pernikahan ini tidak sah, karena menikah disaat perempuan dalam keadaan hamil. Dan pernikahan itu terlaksana karena untuk menutupi aib keluarga sehingga dianggap tidak sah, serta dipengaruhi pemahaman masyarakat yang mengatakan pernikahan dalam keadaan sedang hamil tidak sah dalam agama Islam serta mazhab Hanafi pun melarang menggauli wanita hamil karena zina sampai ia melahirkan maka dari itu orang tua melarang pasangan kawin hamil untuk tidur satu ranjang. Tinjauan Hukum Islam terhadap larangan pasangan kawin hamil tidur satu ranjang di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang, menurut peneliti sah, karena beralasakan pernikahan itu terlaksana oleh pasangan yang tidak terkait pernikahan sebelumnya dengan orang lain. Dan tinjauan peneliti didasarkan pada pendapat para ulama yang penulis pahami yaitu mazhab syafi‘i, hanya saja nasab anak yang terlahir nanti tidak bisa jatuh kepada ayah sambungnya karena jika kehamilan berusia kurang dari 6 bulan maka nasab jatuh ke ibunya sedangkan jika kehamilan berusia 6 bulan keatas maka nasab jatuh ke ayah sambungnya, dan pihak keluarga harus paham tentang ini, dan dalam KHI diperbolehkan untuk menikahi wanita hamil asalkan yang menikahi laki-laki yang menghamilinya. Kata Kunci : Hukum Islam, Hukum Pernikahan, Kawin Hamil. iv ABSTRACK The case of a marriage that occurred in Dwi Warga Tunggal Jaya Village, Banjar Agung District, Tulang Bawang Regency. At first there was a woman who became pregnant as a result of adultery (pregnant out of wedlock) but the woman married not the man who impregnated her because the woman's parents did not agree with the man who impregnated the woman. The woman's parents forbid to sleep in one bed because the woman is pregnant and they are allowed to sleep in the same bed after the woman gives birth. The case of marriage of a pregnant woman out of wedlock as mentioned above is commonly referred to as pregnant marriage. The formulation of the problem in this study is the first what is the reason for parents forbidding pregnant married couples to sleep in one bed in Dwi Warga Tunggal Jaya Village, Banjar Agung District, Tulang Bawang Regency, the second is how the Islamic Law reviews the prohibition of pregnant married couples sleeping in one bed in Dwi Warga Village. Tunggal Jaya, Banjar Agung District, Tulang Bawang Regency. This research is a field research. The type of research used is qualitative research with a descriptive analysis approach using primary data sources and secondary data. The data collection in this study used the interview method and the documentation method. Based on the results of the study, it can be concluded that the reason parents forbid pregnant married couples not to sleep in the same bed is because parents consider this marriage invalid, because they marry when the woman is pregnant. And the marriage was carried out because it was to cover the family's disgrace so that it was considered invalid, and influenced by the understanding of the community that said marriage while pregnant was not legal in Islam and the Hanafi school also forbade intercourse with a pregnant woman because of adultery until she gave birth, therefore parents forbade the couple. married pregnant to sleep in one bed. The review of Islamic law on the prohibition of pregnant married couples from sleeping in one bed in Dwi Warga Tunggal Jaya Village, Banjar Agung District, Tulang Bawang Regency, according to researchers is legal, because the reason is that the marriage was carried out by a couple who was not related to a previous marriage with someone else. And the researcher's review is based on the opinion of the scholars that the author understands, namely the Shafi'i school, it's just that the lineage of a child who is born later cannot fall to the father, because if the pregnancy is less than 6 months old then the lineage falls to the mother, while if the pregnancy is 6 months and over then the lineage goes to the next father, and the family must understand this, and in KHI it is allowed to marry a pregnant woman as long as the one who marries the man who impregnates her. Keywords: Islamic Law, Marriage Law, Pregnant Marriage.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga)
Divisions: Fakultas Syariah > Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga)
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 11 Oct 2022 03:09
Last Modified: 11 Oct 2022 03:32
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/21273

Actions (login required)

View Item View Item