TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERKAWINAN MENTAS DALAM MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi Kasus di Pekon Way Kekhap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus)

FEBY, ANDRIAN (2022) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERKAWINAN MENTAS DALAM MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi Kasus di Pekon Way Kekhap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus). Undergraduate thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG.

[thumbnail of SKRIPSI 1-2.pdf] PDF
Download (4MB)
[thumbnail of SKRIPSI Feby Andrian.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (17MB)

Abstract

ABSTRAK Implementasi perkawinan bervariatif seperti pada masyarakat adat Lampung Saibatin di Pekon Way Kekhap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus. Idealnya sistem perkawinan adat Lampung Saibatin menggunakan dua bentuk perkawinan yakni ngakuk metudau (perkawinan jujur) ditandai dengan pembayaran uang jujur (jojokh) dan ngakuk semanda (perkawinan semanda) ditandai tanpa pembayaran uang jujur (jojokh), seiring perkembangan zaman ternyata tidak menggunakan kedua sistem perkawinan tersebut tetapi menggunakan sistem perkawinan mentas sehingga mereka menjadi keluarga yang mandiri. Perkawinan ini familiar disebut perkawinan hawoan. Perkawinan antara suami dan istri berkedudukan sama (seimbang) baik di pihak keluarga suami maupun istri, setelah mereka mulai menjalankan bahtera rumah tangga muncul permasalahan yang berimplikasi terhadap hubungan garis kekerabatan yang menarik berdasarkan keturunan antara anak dan kerabat ibu (kelama). Posisi anak yang dihasilkan dari perkawinan mentas ini tidak ada kelama menyebabkan renggangnya tali silaturahmi yang seharusnya anak sebagai pengikat kuat untuk menjalin tali silaturahmi dengan berbagai pihak, sebagaimana posisi anak pada sistem perkawinan adat Lampung Saibatin yang menganut sistem patrilineal. Kehadiran anak pada kehidupan sehari-hari dengan kelamanya sendiri merasa diasingkan, sebab kehadiran anak di tengah kelama tidak dijadikan prioritas karena bukan berasal dari anak yang dihasilkan oleh sistem perkawinan adat yang diharapkan, hal tersebut seperti ada pembatas hubungan batin antara anak dan kelama. Mereka tidak mau mengakui dan menghargai keberadaan anaknya sebagai salah satu anggota keluarga meskipun tinggal dalam satu rumah melainkan hanya dianggap menumpang saja dan dianggap orang lain yang bukan bagian dari keluarga. Adapun, implikasi perspektif adat istiadat tepatnya di prosesi resepsi adat (nayuh) baik itu khitan, nikah, pemberian gelar (adok) anaknya kelak. Melihat fenomena yang berada di tengah masyarakat adat Lampung Saibatin di Pekon Way Kekhap, maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana praktik perkawinan mentas dalam masyarakat adat Lampung Saibatin di Pekon Way Kekhap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus?, 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik perkawinan mentas dalam masyarakat adat Lampung Saibatin di Pekon Way Kekhap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus?. Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif analitik. Jenis sumber data penelitian ini terbagi tiga yaitu data primer diperoleh langsung dari hasil lapangan, data sekunder dari literatur yang berkaitan dengan penelitian, data tersier ialah bahan-bahan yang melengkapi data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode pengolahan data menggunakan Pemeriksaan Data, Penandaan Data, dan Sistematis Data. Metode analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan penarikan simpulan menggunakan metode pendekatan induktif. Temuan penelitian ini ialah eksistensi perkawinan mentas sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat yang disebabkan para orangtua inkonsisten terhadap prinsip adil dan tidak memberikan hak waris kepada anaknya sehingga kontradiksi dengan al-Qur’āṇ dan Hadīṡ. Simpulan penelitian ini ialah praktik perkawinan mentas dalam masyarakat adat Lampung Saibatin di Pekon Way Kekhap Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat setempat, walaupun masih dipratikkan oleh sebagian masyarakat yang lain tetapi hanya dijadikan simbolisasi bagi mereka yang terjadi tarik menarik antar keluarga kedua belah pihak ketika akan melangsungkan jenjang pernikahan, oleh karena itu perkawinan ini hanya dijadikan jalan tengah saja. Ditemukan banyak dari mereka yang sudah telanjur melaksanakan perkawinan mentas ini dengan mentransformasikan sistem perkawinan adat supaya lepas dari konsekuensi di dalamnya, sehingga membuat eksistensi perkawinan mentas tidak disambut baik di tengah komunitas masyarakat adat patrilineal. Adapun, tinjauan hukum Islam terhadap praktik perkawinan mentas dalam masyarakat adat Lampung Saibatin termasuk dalam al-ʾuṛf al-Ṣahīh (Kebiasaan yang dianggap sah) dan ditemukan masalah lain yang kontradiksi dengan al-Qur’āṇ dan Hadīṡ. Kata kunci: Hukum Islam, Mentas, Perkawinan

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga)
Divisions: Fakultas Syariah > Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga)
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 15 Feb 2022 03:11
Last Modified: 15 Feb 2022 03:11
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/17609

Actions (login required)

View Item View Item