Nilai Humanisme Dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Dan Relevansinya Dalam Pengembangan Akhlakul Karimah

HASBUN, DOYA (2021) Nilai Humanisme Dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Dan Relevansinya Dalam Pengembangan Akhlakul Karimah. Masters thesis, UIN Raden Intan Lampung.

[thumbnail of PERPUS PUSAT BAB 1.2.pdf] PDF
Download (5MB)
[thumbnail of TESISI LENGKAP HASBUN.pdf] PDF
Restricted to Repository staff only

Download (5MB)

Abstract

ABSTRAK NILAI HUMANISME DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA DAN RELEVANSINYA DALAM PENGEMBANGAN AKHLAKUL KARIMAH Humanisme adalah aliran yang berkaitan dengan manusia. Secara luas konsep tentang humanism ingin menempatkan manusia sebagai pusat eksistensi, akan tetapi dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kultur tertentu. Kata humanisme adalah salah satu istilah dalam sejarah intelektual yang sering digunakan dalam berbagai bidang, khususnya filsafat, pendidikan dan literatur. Nilai humanisme Islam yang terkandung dalam Novel 99 Cahaya dilangit Eropa meliputi Nilai Akidah yang tercermin dalam teks novel seperti Ketika Hanum dan Rangga berkunjung ke Cordoba, mereka menyempatkan waktu untuk berkunjung ke bekas masjid yang kini telah berubah fungsi menjadi katedral, yakni Mezquita, Disana mereka melihat arah mihrab Mezquita tidak sepenuhnya menghadap kearah kiblat di Mekah. Hanum dan Rangga pernah makan dirumah makan yang menerapkan konsep rumah makan “makan sepuasnya, bayar seikhlasnya. Ketika Hanum dan sahabatnya Marion berkunjung ke museum Louvre di Paris ia menemukan sebuah benda peninggalan peradaban Islam dimasa lalu yang pada permukaannya bertuliskan “Al-'ilmu nurrun syadidun fil bidayah, wa ahla minal'asali fin-nihayah”. Ketika Hanum dan suaminya Rangga berkunjung ke Paris dan melihat seorang sastrawan yang pernah membuat fragmen drama berjudul Fanatisme atau Muhammad Sang Nabi. Di Istanbul Turki terdapat sebuah kerajaan bernama Topkapi (Topkapi Palace). Desain kerajaan tersebut sangatlah sederhana dan jauh dari kesan mewah. Alasan sultan tak ingin membangun kerajaan yang mewah dan sempurna ialah karena menurutnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Nilai Ibadah seperti tergambar Ketika Hanum merasa penat saat melaksanakan tugasnya sebagai seorang wartawan untuk meliput berita di Jakarta, ia sering meminta supirnya mampir ke Sunda Kelapa untuk melaksanakan sholat dzuhur. Stefan sahabat Rangga di kampus adalah seorang ateis, la sering mendebat Rangga soal ibadah puasa yang rutin Rangga lakukan di bulan Ramadhan. Namun pada suatu hari Stefan datang pada Rangga dan menyatakan bahwa dirinya juga ingin mencoba untuk berpuasa. Fatma yang begitu pandai mengaitkan peninggalan sejarah di Wina dengan peradaban Islam di Eropa sebagai pemahaman baru bagi hanum. Nilai Akhlak yang tergambar Ketika fatma ingin berdakwah dan menyiarkan Islam dengan cara yang berbeda, yakni dengan cara berpakaian yang mencerminkan muslimah sesungguhnya. Ketika Hanum dan Fatma makan bersama dan melihat turis yang berceletuk bahwa ketika seseorang memakan croissant sama dengan mengolok-olok muslim. Spontan Hanum ingin memaki- maki para turis karena telah mengolok-olok Islam. Namun Fatma punya cara lain untuk membalas para turis dengan membayar sepenuhnya hidangan yang mereka makan. Hanum membayangkan betapa semangatnya orang-orang Islam dahulu menyebarkan pengaruh. Fatma adalah seorang muslimah yang lembut dan penuh kasih sayang. Ia menebarkan misi Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin iiidengan ketulusan. Bila ada sesuatu yang tidak berkenan di hatinya, Fatma akan membalasnya dengan kebaikan, bukan dengan keburukan pula. Rumah Fatma tidak hanya menjadi rumah pribadinya. Rumahnya juga berfungsi sebagai taman pendidikan al-Qur'an untuk sahabat-sahabat mualafnya, dan tempat berkumpul untuk para sahabatnya yang tengah menjalin tali cinta senantiasa memohon kepada Allah SWT. Akhlakul karimah berasal dari dua kata yaitu akhlak dan karimah. Kata akhlak berasal dari bahasa arab, dari jamak kata Khulu yang artinya “budi pekerti, perangai, tingkah laku.” Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais terdapat nilai humanisme. Karya sastra pada alur cerita novel mencerminkan akhlak mulia dengan pola memanusiakan manusia yang berorientasi mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan meninggalkan budi pekerti yang buruk dan tercela kemudian masuk kepada budi pekerti yang terpuji (akhlak al karimah), yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain itu dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela relevan dalam pengembangan akhlak al karimah. meliputi, nilai akidah, ibadah dan akhlak. Nilai-nilai tersebut memiliki keterikatan satu sama lain yang dapat kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Humanisme, Nilai-nilai Humanisme, Akhlakul Karimah, Relevansi Humanisme dalam Pengembangan Akhlakul Karimah.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Filsafat Agama
Divisions: Pasca Sarjana > S2 Filsafat Agama
Depositing User: LAYANAN PERPUSTAKAAN UINRIL REFERENSI
Date Deposited: 11 Jun 2021 07:42
Last Modified: 11 Jun 2021 07:42
URI: http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/14569

Actions (login required)

View Item View Item